watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
dewi tante yg aduhai sexy

Hari ini Dewi menerima telepon dari suaminya yang
baru saja kembali di Jakarta. Dari airport suaminya
langsung menuju ke kantor, dalam perjalanan
menuju ke kantor, ia menelepon Dewi
memberitahukan bahwa ia sudah berada di Jakarta
dan sedang dalam perjalanan menuju ke kantornya,
ia menjelaskan kepada istrinya bahwa
kepulangannya memang mendadak karena ada
pertemuan dengan kliennya di Jakarta. Dewi pun
hanya mengiyakan saja tanpa memberikan
komentar apapun, batinnya berkata ada di Jakarta
ataupun tidak ada di Jakarta tidak ada pengaruhnya
untuk dia, karena selama ini suaminya tidak pernah
memberikan nafkah bathin untuknya, ia selalu
mendapatkan nafkah bathin dari orang lain, jadi
kalau suaminya di Jakarta malah membuat sulit
Dewi untuk melakukan aktivitas seksnya. Rencana
Dewi hari ini untuk menikmati batang kemaluan
kenalan barunya menjadi batal karena telepon
suaminya tadi, sementara ia merasakan lubang
vaginanya sudah gatal ingin digaruk oleh penis lelaki
lain, tapi apa daya suaminya ada di Jakarta, Dewi
takut saat dia melakukan persetubuhan dengan
kenalan barunya dan saat itu juga suaminya
menelpon atau suaminya pulang lebih awal, bisa
kacau nanti semuanya. Akhirnya Dewi membatalkan
rencananya untuk pergi keluar pada hari ini, hatinya
berkata biarlah akan kutunggu sampai suaminya
pergi keluar kota lagi, baru kupuaskan dahaga
bathinku ini. Siangnya Dewi betul-betul gelisah, dia
betul-betul ingin sekali merasakan sodokan-sodokan
batang kemaluan lelaki, karena menahan desakan
hasrat birahinya, kedua pipinya memerah. Dewi saat
itu sedang duduk santai di ruang keluarga
menonton TV tanpa sadar tangannya mulai
mengusap-usap bibir vaginanya dari balik CDnya,
saat itu Dewi mengenakan baju model baby doll,
roknya sedikit terangkat sehingga CD putihnya
terlihat dan pahanya yang putih mulus pun terlihat
dengan jelas, Dewi yang sedang asyik masyuk tidak
menyadari hal itu, yang ada dalam pikirannya
sekarang adalah batang kemaluan lelaki yang tegang
dan besar. Usapan tangannya di kelentitnya
membuat vaginanya mulai basah, Dewi mulai
mendesah perlahan, menikmati belaian lembut
tangannya di kelentit dan dibibir vaginanya, tangan
kirinya mulai meremas-remas payudaranya, kedua
payudaranya yang tidak mengenakan BH silih
berganti diremas-remas oleh tangan kirinya, ia
membayangkan selingkuhannya sedang meremas-
remas kedua payudaranya silih berganti dan ia juga
membayangkan saat itu juga sedang dijilati kelentit
dan vaginanya, vaginanya semakin basah, hasrat
birahinya semakin memuncak. Ruangan keluarga itu
letaknya cukup berjauhan dengan dapur dan ruang
makan, jika sedang berada di dapur atau di ruang
makan kegiatan apapun yang terjadi di ruang
keluarga tidak akan terlihat dari dapur atau ruang
makan, begitu pula sebaliknya, dan para
pembantunya bila sudah selesai bebenah di ruangan
keluarga atau di ruangan lainnya, mereka akan
berkumpul di ruangan mereka. Ruangan itu terletak
dekat dengan kamar mereka yaitu dekat dengan
garasi mobil, jadi kegiatan Dewi saat ini tidak ada
satu orang pun yang melihatnya. Gejolak birahi
Dewi semakin meningkat, desahannya semakin
sering terdengar, kedua payudaranya yang tidak
mengenakan BH sudah tidak tertutup apa-apa lagi,
kedua putingnya sudah mengeras dan mencuat
keluar, CDnya sudah melorot sampai paha, dan
terlihat jari tengah tangan kanannya sudah berada
dalam jepitan vaginanya, dan terlihat jari tengahnya
sedang keluar masuk di lubang vaginanya, terlihat
pantatnya naik-turun dari kursinya seiring dengan
keluar masuk jari tengahnya. Dewi yang sedang
berusaha keras untuk mencapai puncak birahinya
tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang
menyaksikan aksinya. Kedua bola mata yang
menyaksikan tingkah Dewi itu terbelalak, jantungnya
berdegup kencang nafasnya memburu,
pemandangan yang disaksikan oleh pemilik kedua
bola mata itu, yang dalam mimpinyapun tidak
pernah terbayangkan olehnya. Kedua payudara
Dewi yang setengah terbuka dan kelihatan kedua
putingnya dan sedang diremas-remas bergantian
oleh tangan kirinya, kemudian di bawah ia melihat
belahan bibir vagina Dewi yang kadang terlihat dan
kadang tidak terlihat karena jari tengah tangan kanan
Dewi sedang keluar masuk di lubang vaginanya itu,
semua itu membuat si empunya mata tersebut
berkali-kali menelan ludah, seumur hidupnya belum
pernah ia menyaksikan pemandangan indah seperti
ini. Si empunya mata merasakan penisnya mulai
mengeras melihat semua itu, hampir tanpa berkedip
kedua matanya tertuju ketubuh Dewi, nafasnya
semakin memburu melihat ulah Dewi, tubuh Dewi
terlihat olehnya meregang-regang, penisnya
semakin mengeras, terlihat celana pendeknya
menggelembung oleh desakan penisnya yang
seolah ingin keluar dari sekapan celana pendeknya,
pada saat kepala Dewi mendongak ke belakang,
kedua matanya yang setengah terpejam
menangkap sesosok tubuh si empunya mata tadi.
Dewi sungguh kaget sekali karena ada orang yang
sedang menyaksikan ulah liarnya tersebut, aksi liar
kedua tangannya berhenti seketika. “Ehhh, Pono…
addaaaaa…apaaa…sedaang apa kamuuu…,” Dewi
berkata dengan terengah-engah, kaget dan jengkel
karena puncak birahinya tidak terlampiaskan.
“Eeehhh…aaanuuuu…..aaanuuu…bu…,” Pono kaget
mendengar teguran Dewi, karena saat itu dirinya
sedang asyik melihat aksi nyonyanya tersebut.
Biarpun kaget tapi kedua mata Pono tidak
melepaskan pandangannya dari tubuh Dewi yang
masih agak terbuka, hal ini tidak Dewi sadari karena
ia kaget dengan kehadiran Pono di ruangan tersebut,
yang hanya Dewi ingat lakukan saat ia berdiri dari
kursinya tadi adalah CDnya yang ia benahi, sehingga
saat ia berdiri berhadapan dengan Pono kedua
payudaranya yang putih mulus itu masih
terpampang dengan jelas di hadapan Pono.
“Anu..anu apa,” Dewi berkata kepada Pono dengan
jengkel, karena malu dan karena gejolak birahinya
tidak terlampiaskan. “Eeehhh…ini..ini..,Bu. Sayaa…
mau minta uang untuk beli bahan pembersih kolam,
yang kita punya sudah habis,” Pono menjawab
agak tergagap-gagap, dengan kedua matanya tetap
tertuju ke arah payudara Dewi yang seolah-olah
menantang ingin diremas. “Pon, apa yang kamu
lihat tadi, jangan sampai ada orang lain yang tahu,
kalau sampai ada yang tahu, kamu saya pecat,”
ancam Dewi, dan saat itu kedua mata Dewi melirik
ke arah selangkangan Pono, dan ia melihat tonjolan
di celana pendek Pono. Pono betul-betul merasa
ketakutan dan merasa bersalah dengan kelakuannya
yang melihat tubuh Dewi yang setengah telanjang,
tapi kedua matanya tidak pernah beranjak dari
payudara Dewi yang menggantung dengan
indahnya, payudara Dewi yang putih mulus dihiasi
oleh kedua putingnya yang merah muda dan sudah
menyembul keluar dan mengeras itu. Setelah
menimbang-nimbang dengan segala
kemungkinannya, Dewi pun mengambil keputusan
untuk melakukan “quickie sex” dengan Pono, lalu
iapun memerintahkan Pono untuk duduk di sofa.
Dewi tahu bahwa penis Pono sudah pasti sedang
berdiri dengan gagahnya di balik celana pendeknya
itu. Hati Dewi mulai ragu antara ingin menikmati
sodokan batang kemaluan lelaki dengan takut akan
suaminya pulang lebih awal, ia melirik jam dinding
yang ada di ruangan tersebut, pukul 13.30 siang,
hatinya membatin suaminya tidak mungkin pulang
cepat, ia bisa melakukan “quickie sex” dengan Pono
untuk meraih puncak kenikmatannya yang
terganggu. Akhirnya nafsu birahinya mengalahkan
akal sehatnya, Dewi pun mengambil keputusan
untuk merasakan batang kemaluan Pono
mengaduk-aduk lubang vaginanya. “Iyyaaa…
Bu..saya sumpah tidak akan cerita ke orang lain,”
jawab Pono ketakutan. “Duduk, kamu,” perintah
Dewi. Pono menuruti perintah Dewi untuk duduk,
iapun duduk di sofa yang ditunjuk oleh Dewi,
dengan hati penuh kebingungan dan dengan tatapan
mata yang tidak pernah terlepas dari payudara
Dewi. “Ingat kamu jangan cerita kepada siapapun,
cukup hanya kita berdua yang tahu masalah ini,
hhhmmm ..,” ancam Dewi kembali sambil berjalan
menghampiri yang sudah duduk di sofa, tanpa
membuang waktu Dewipun mulai menurunkan
celana pendek Pono sampai ke lutut. Batang
kemaluan Pono yang sudah tegang terangguk-
angguk saat celana pendeknya terlepas, ternyata
Pono pada saat itu tidak mengenakan CD, Dewi
kaget karena ia tidak menyangka bahwa Pono tidak
mengenakan CD, penisnya yang sudah sangat
tegang sekali teracung-acung di hadapannya. “Ingat,
Pon, apapun yang terjadi kamu jangan cerita kepada
siapapun,” kembali Dewi berkata. “Iyaah..bu…
saaayyyaaa….jaanji…,” jawab Pono gagap, karena ia
kaget akan aksi nyonyanya ini yang membuka
celana pendeknya. Ia sendiri bingung, dalam hatinya
berkata apa yang dikehendaki oleh nyonyanya ini,
karena belum pernah selama ini ada perempuan
yang melihat penisnya apalagi dalam keadaan
tegang, Pono pun merasa malu karena nyonyanya
sudah melihat penisnya yang tegang itu. Tangan
kanan Dewi segera meraih batang kemaluan Pono,
iapun segera mengangkang di atas pangkuan Pono,
sementara tangan kirinya meraih CDnya dan
menarik salah satu pinggiran CDnya ke samping,
sehingga belahan bibir vaginannya terlihat dengan
jelas oleh Pono, Pono yang belum pernah
melakukan hubungan badanpun dibuat bingung
oleh aksi Dewi, dan saat Dewi mulai mengoles-
oleskan kepala penisnya ke bibir vaginanya, Pono
merasakan geli yang aneh saat kepala penisnya
bersentuhan dengan bibir vagina Dewi, penisnya
berdenyut-denyut. Tanpa membuang waktu Dewi
segera menyelipkan batang kemaluan tersebut di
bibir vaginanya dan ia mulai menekan pantatnya ke
bawah dengan perlahan dan batang kemaluan Pono
perlahan-lahan menyeruak masuk di lubang vagina
Dewi.
Ssleeeepppp…..bleeessss….bleeesss…..bleesss…
Dengan perlahan-lahan penis Pono mulai melesak
masuk di lubang memek Dewi dan akhirnya
terbenam seluruhnya, Pono merasakan kenikmatan
yang luar biasa yang belum pernah ia alami selama
ini, rasa geli yang aneh menyelimuti dirinya, saat
penisnya terjepit dalam lubang vagina Dewi, Pono
merasakan penisnya seperti ada yang meremas-
remas. “Ooouuuggghhhh…..,” Dewi melenguh saat
lubang memeknya diterobos oleh penisnya Pono.
“Eeeeggghhhh……..,” Ponopun mengerang
merasakan jepitan lubang vagina Dewi di penisnya.
Dengan kedua tangan bertumpu pada sandaran
kepala sofa, Dewi perlahan-lahan mulai bergerak,
menaik turunkan pantatnya, kedua payudaranyapun
terguncang naik turun seiring dengan naik turun
pantatnya. Pono yang masih bingung dengan apa
yang terjadi hanya bisa melotot melihat kedua
payudara Dewi yang terombang-ambing di
hadapan matanya. “Aaagghhh…eenaaakkk…Pon,
kaamuuu…jangan melongo..saaaajjaa…ooogghhh…
hisap kedduaaa…tetekku…
remaaassss….remaaasss…,” Dewi mendesah
keenakan. Pono yang mendengar perintah Dewi
mulai melakukannya, kedua tangannya mulai
meraih payudara Dewi yang sedang terombang-
ambing itu, lalu ia meremas kedua payudara
tersebut, karena belum pernah ia melakukan hal
tersebut, Dewi merasakan remasan tangan Pono di
kedua payudaranya agak kasar, tapi sensasi yang
ditimbulkan oleh remasan kasar tangan Pono
membuatnya merasakan hal baru, gairah birahinya
yang sempat tertunda tadi mulai meningkat lagi.
Mulut Ponopun mulai bergantian menghisap-hisap
kedua payudara Dewi, hisapan-hisapan mulut
Ponopun tidak beraturan, Pono betul-betul
menghisap tetek Dewi seperti ia menyedot
minuman, akibatnya Dewi kembali merasakan
sensasi yang berbeda daripada biasanya, hisapan-
hisapan kuat Pono pada kedua teteknya membuat ia
menggelinjang, Dewipun merasakan geli yang aneh
di kedua payudaranya tersebut. Pono yang belum
pernah melakukan seks ini, merasakan kenikmatan
yang luar biasa, kenikmatan yang belum pernah ia
alami selama ini, mulutnya mendesah-desah di
tengah kesibukannya menghisap-hisap payudara
Dewi, matanya merem melek menikmati jepitan
lubang vagina Dewi pada penisnya, Pono
merasakan penisnya bergesekan dengan lubang
vagina Dewi, ia merasakan geli yang luar biasa,
penisnya semakin berdenyut dengan kuat dan
semakin menegang, Dewi merasakan penis Pono
yang semakin mengeras. Dewi merasakan penis itu
begitu tegang dan keras, dinding lubang vaginanya
merasakan kekerasan penisnya Pono tersebut,
cairan birahinya semakin banyak bercampur dengan
cairan birahi Pono, akibatnya suara berdecak dari
pertemuan dua kemaluan merekapun terdengar,
menambah semangat Dewi untuk menaik-turunkan
pantatnya. Dewi sudah lupa akan kemungkinan
suaminya pulang cepat, yang ada sekarang ini Dewi
betul menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan
Pono di vaginanya. Tak lama berselang Pono
melenguh keras, penisnya berdenyut dengan keras,
penisnya mulai menembakkan air maninya.
Crreeeettt….creeettt….creeett……. air mani Pono
berhamburan keluar membasahi lubang vagina
Dewi. “Ouuuuggghhh….hhhmmmmmhhh….
sssllrrppppp… ssslrrrppp p….hhhmmm…..,” Pono
melenguh merasakan letupan-letupan lahar
kenikmatannya yang sedang mengalir dari penisnya
membasahi vagina Dewi sambil mulutnya tetap
menghisap-hisap payudaranya. Dewi merasakan
letupan-letupan air mani Pono di dinding vaginanya,
ia tahu Pono sudah meraih puncak kenikmatannya,
Dewipun semakin gencar menaik turunkan
pantatnya, ia merasa takut akan tidak berhasil
meraih puncak kenikmatannya, karena penisnya
Pono sudah menyemburkan lahar kenikmatan, ia
merasa takut bahwa sebentar lagi batang kemaluan
Pono akan melemas setelah menyemburkan cairan
kenikmatan itu. “Oouuugghh…

aaagghhh….ssshhhh..aaagghhh…sssshhhh…aa
aaghhhh….. ,” Dewi mendesah keenakan merasakan
lesakan batang kemaluan Pono di vaginanya dan
merasakan hangat di dinding vaginanya akibat
semburan air mani Pono. Pono merasa lemas saat
penisnya menyemburkan tetes terakhir cairan
kenikmatannya di lubang vagina Dewi, tapi
mulutnya masih tetap menghisap-hisap payudara
Dewi, penisnya masih berdenyut-denyut. Dewi
yang merasakan batang kemaluan Pono tidak
menyemburkan cairan kenikmatannya lagi, merasa
kaget karena penisnya Pono tidak mengalami
perubahan, Dewi merasakan penisnya Pono masih
keras dan tegang, biasanya batang kemaluan lelaki
perlahan-lahan akan menciut setelah melepaskan
cairan kenikmatannya, tapi tidak untuk penisnya
Pono, penisnya Pono sudah berhenti mengeluarkan
cairan kenikmatan tapi Dewi masih merasakan keras
dan tegang. Pono yang berhasil meraih puncak
kenikmatannya, dalam sekejap sudah kembali pulih,
perlahan-lahan gairah birahinya kembali bangkit,
dengan semangat 45 hisapan dan remasan di
payudara Dewi semakin gencar, ia hanya
merasakan sedikit ngilu di kepala penisnya, tapi
lama-lama rasa ngilu itu hilang berganti dengan rasa
nikmat. Pono memang belum berpengalaman
dalam hal bersetubuh, tapi stamina tubuhnya
terutama penisnya, betul-betul membuat takjub
Dewi. Dewipun semakin gencar menaik-turunkan
pantatnya, dari lubang vaginanya perlahan-lahan
keluar cairan putih yang bercampur dengan cairan
bening, cairan itu keluar seiring dengan keluar
masuknya batang kemaluan Pono di lubang
vaginanya, lenguhan-lenguhan nikmat semakin
sering terdengar dari mulut Dewi, sementara dari
mulut Pono hanya terdengar dengusan-dengusan
keenakan karena mulutnya masih sibuk dengan
kedua payudara Dewi. Kedua manusia berlainan
jenis ini sudah lupa dengan keadaan sekitarnya,
yang mereka tahu hanyalah nikmatnya
persetubuhan mereka ini, Dewipun sudah tidak
perduli akan kemungkinan suaminya pulang lebih
cepat, yang ia perdulikan hanyalah meraih puncak
kenikmatannya, yang ia perdulikan hanyalah
penisnya Pono yang sedang keluar masuk dalam
lubang vaginanya. Kedua sosok tubuh mereka
sudah basah dengan keringat, nafas keduanya pun
terdengar memburu, kedua mata mereka merem-
melek menikmati persetubuhan mereka ini, mereka
berdua sudah lupa akan status mereka. “Oouughhh,
Poonnn….kontolmu betul-betul
enaaak….kkoontollmu…keras sekali… oougghh…
shhhh….aaahh…sssshh.. aaaahhh…..,” Dewi
mengerang keenakan merasakan sodokan-sodokan
batang kemaluan Pono di lubang vaginanya, Dewi
merasakan batang kemaluan Pono tegang dan keras
seperti kayu saja layaknya. “Hhmmm…
ssllrrppp….hhhmmmm…ssllrpppp….,” Pono
bergumam keenakan sambil mulutnya tetap sibuk
menghisap tetek Dewi. Remasan tangan Pono di
payudara Dewipun tidak pernah berhenti, tangannya
meremas-remas kedua payudara Dewi dengan agak
kasar. Dewipun menggelinjang akibat hisapan-
hisapan kuat mulut Pono dan remasan-remasan
kasar di payudaranya, sensasi yang agak sedikit
kasar ini belum pernah dialami oleh Dewi, kedua
puting payudaranya semakin mencuat keluar dan
keras, Dewi semakin mengerang keenakan
dibuatnya. “Oouugghhh…aaaaaagghhh… hiisaaapp…
Pooon, hissaaappp…kuaaatt..kuatt… yachhh…
aaaghh…ssshhsss…oougghh.,” Dewi mengerang-
ngerang merasakan kerasnya hisapan mulut Pono.
“Kaaammuuu…pernah melaakukaan ini..Pooonn….”
tanya Dewi tanpa menghentikan genjotan
pantatnya. “Beeelumm…sssrrrlppp…Bu,…
ssslrrpp…,”jawab Pono sambil asyik menghisap
tetek Dewi. Tubuh Dewipun berganti posisi dari
setengah berjongkok sekarang posisinya duduk di
atas pangkuan Pono, sementara gerakkannya yang
naik turun sekarang berganti dengan gerakkan maju
mudur, kedua tangannyapun tidak berada di
sandaran kepala sofa tetapi sekarang kedua
tangannya sedang meremas-remas kepala Pono
yang sedang asyik bermain di kedua payudaranya.
Tali baju Dewi pun sudah terlepas dari kedua
pundak Dewi, akibatnya kedua payudaranya sudah
tidak terhalang oleh apapun, sehingga kedua tangan
Ponopun bebas meremas-remas kedua payudara
tersebut. Pono memang baru pertama kali ini
melakukan hubungan seks, tapi karena usia Pono
yang masih sangat muda sehingga penisnya yang
tadi sudah mengeluarkan sperma masih berdiri
dengan gagahnya dan siap untuk bertempur
kembali, yang kurang dari Pono hanya pengalaman
saja, tapi untuk Dewi itu sudah cukup yang penting
penisnya Pono keras dan tegang dan bisa
mengobrak-abrik lubang vaginanya yang haus akan
batang kemaluan lelaki. “Hhhhmmm…ssslrrppp…
sssslrrppp…hhmmm….,” Pono masih asyik dengan
aksi hisapannya di payudara Dewi, yang satu ia
hisap yang satunya ia remas, kedua payudara Dewi
bergantian dihisap dan diremas. “Ouuughh…
aaaaghhhh…ssshh…eenaaakk…Poon…eennaaakk..
nikmaattt sekali… terus hisaaaapp…
reeemaaass….yaachhh…jangan berhentiiii…
ouughhh..aaaagghh
….kontooolllmuuu….eenaaakkk…keeraaassss…….,”
Dewi merintih-rintih menikmati semua ini. Gerakan
maju mundur tubuh Dewi semakin cepat, Dewi
merasakan kelentitnya geli-geli enak bergesekan
dengan jembut Pono, remasan tangannya di kepala
Pono semakin menjadi akibat hisapan dan remasan
Pono di kedua payudaranya. Kepala Dewi
bergoyang ke kanan dan ke kiri, mulutnya merintih-
rintih keenakan, matanya merem melek menikmati
sensasi persetubuhan ini. Tak lama berselang
gerakan tubuh Dewi mulai tidak beraturan,
tubuhnya mulai mengejut-ngejut, nampaknya
puncak kenikmatannya akan segera ia rengkuh, tiba-
tiba Dewi menekan pantatnya ke belakang seolah-
olah ia ingin penisnya Pono masuk dengan biji
pelernya di lubang vaginanya, dan… Sssrrrrr……
srrrrrrrr…..ssssrrr… Memeknya menyemburkan
cairan kenikmatannya, cairan hangat itu menyiram
batang kemaluan Pono, Pono merasakan penisnya
menjadi hangat oleh siraman cairan kenikmatan
Dewi, Pono juga merasakan dinding vagina Dewi
seolah meremas-remas penisnya.
“OOuuuggggghhh….aakuuu….keluuuarrr…
Pooonnn, aaaakuuu…aaagghh..enaakkk
nikkmaaat….aaagghhh….,” erang Dewi menikmati
puncak kenikmatannya yang berhasil ia rengkuh.
Tubuh Dewi mengejang, gerakannya terhenti,
tangannya meremas kepala Pono dengan kuat,
nafasnya tersengal-sengal, saat vaginanya
meneteskan tetes terakhir dari cairan
kenikmatannya, Dewipun melenguh panjang,
dinding vaginanya masih berkedut-kedut, yang
dirasakan oleh Pono seolah-olah meremas-remas
penisnya. Dengan nafas yang masih memburu,
Dewipun ambruk di atas pangkuan Pono, Pono
hanya bisa diam, dia tidak tahu apa yang harus
diperbuat, perlahan-lahan Dewi membuka matanya
lalu berkata, “Kamu suudah keluar, Pon,” Tanya
Dewi. “Belum, Bu,”jawab Pono polos. “Hhhmmmm
kamu termasuk ayam pejantan juga,” Dewi berkata
dengan genit. Dengan perlahan-lahan Dewi mulai
menggerakkan tubuhnya lagi, pantatnya ia maju
mundurkan, sehingga batang kemaluan Pono mulai
kembali keluar masuk vagina Dewi. Sebetulnya Dewi
sudah merasa puas dengan pencapaian puncak
kenikmatannya ini, tapi karena dia tahu bahwa Pono
belum berpengalaman, akhirnya ia mengambil
keputusan untuk memuaskan penisnya Pono
sampai mengeluarkan cairan kenikmatannya lagi.
Pono merasakan kembali penisnya keluar masuk
vagina Dewi, Dewi bergerak dengan cepat, ia ingin
cepat-cepat menuntaskan permainan ini, karena
hasrat birahinya sudah terpenuhi dia mulai sedikit
khawatir akan kedatangan suaminya, tubuhnya
maju mundur dengan cepat, penisnya Ponopun
akibatnya keluar masuk dengan sangat cepat,
Blleeesssss….sssrrrttt….bleeeessss…ssrtttttt…blees
sss….sssrtttt…. Dewi memaju mundurkan
pantatnya dengan cepat, batang kemaluan Ponopun
keluar masuk di lubang vagina Dewi seiring dengan
gerakan maju mundur, dengan gerakan Dewi yang
cepat ini membuat Pono agak kesulitan menghisap
payudara Dewi, sehingga yang bisa ia lakukan
hanya meremas-remas payudara tersebut, dan
suara erangan Ponopun mulai terdengar jelas.
“Aaaaghhh….ssshhhh…ooougghh….sssshhh…
enaaakk…Bu…eenaaakkk…,” Ponopun mengerang
kenikmatan, merasakan jepitan memek Dewi di
penisnya. “Ehhmmm…enaak…Pon…aaayoo…
keluaaariinn…ceppaat…,” Dewipun mendesah.
Tubuh Dewi menghentak-hentak dengan cepat,
goyangan pantatnya semakin bertambah cepat,
batang kemaluan Pono semakin mengeras jadinya,
Dewi merasakan batang kemaluan Pono seperti
batang kayu yang dimasukkan ke dalam vaginanya,
seluruh dinding vaginanya merasakan kerasnya
batang kemaluan Pono tersebut, gairah
birahinyapun menanjak dengan cepat. “Ouughh…
Poon..Koontooollmmmu…..keeraasssss…seekaal
liii…sssshhh…aaaggh nikmaaat betuulll…
aaarrggghhh….aaakkuuu…ingin teruuusss…
merasakannyaaaa oooohhhhh…..” Dewi merintih-
rintih keenakan. “Aaahhh…
iiyaaaahh….mmmmmm….eeennaakkk….ooohhh…
puny aa….ibuuu..juga enaaaak….,” Pono mengerang
nikmat. Dewi sibuk dengan goyangan dan maju
mundur pantatnya sementara Pono sibuk dengan
kedua belah tangannya yang meremas-remas kuat
payudara Dewi. Nafas mereka berduapun terdengar
memburu, puncak pendakian kenikmatan mereka
sudah mulai di ambang pintu. Gerakan Dewipun
semakin menggila dan liar, rintihan-rintihannya
semakin terdengar, erangan Ponopun semakin
sering terdengar, suara rintihan dan erangan mereka
terdengar bergantian, diselingi dengan suara
decakan akibat beradunya kedua kemaluan mereka,
lubang vagina Dewi semakin banjir, batang
kemaluan Ponopun semakin leluasa keluar masuk di
lubang vagina Dewi, tanpa hentinya Dewi
melenguh-lenguh keenakan. Tubuh Dewipun mulai
bergerak tidak beraturan, tubuh Pono mulai terlihat
mengejang, otot-otot di tangannya terlihat, puncak
pendakian kenikmatan mereka akhirnya berhasil
mereka rengkuh, dengan sekali hentak Dewi
menekan dalam-dalam pantatnya.
Ccrreeeeetttt….sssssrrrrrrr…ccreeetttt…creeeettttt …
ssssrrrrrr….. Kemaluan mereka berdua secara
bersamaan menyemprotkan lahar kenikmatan
mereka. “Ooouugghhh…akuuu..keluaarrr..lagiiii…
aaaagghhh…en aaakkk…nikmaattt…. kamuuu betul…
betullll…perkaaassaaa….Pooon,” erang Dewi
menikmati puncak pendakian kenikmatannya yang
kedua kalinya. “Hhhhhmmm…aaaaahh..ssshh…
aaakuuu…jugaa….keluaarrr… Buuu,” Ponopun
melenguh keenakan. Tubuh Dewipun ambruk
kembali di pangkuan Pono, nafas keduanya
terdengar memburu, perlahan-lahan batang
kemaluan Pono mulai mengecil dan terlepas dari
jepitan memek Dewi. Seiring terlepasnya batang
kemaluan Pono dari lubang vagina Dewi kemudian
mengalir cairan putih bercampur dengan cairan
bening dan jatuh ke paha Pono. Setelah nafas
mereka kembali normal, Dewi mengingatkan
kembali ke Pono untuk tidak menceritakan kejadian
barusan kepada siapapun dan ia juga mengingatkan
Pono untuk kapanpun jika ia sedang ingin
melakukan hubungan badan, Pono harus siap. Dewi
juga menambahkan agar Pono bertingkah seperti
biasanya saja, Pono hanya mengiakan kehendak
nyonyanya tersebut, Pono berpikir alangkah
bodohnya ia bila menceritakan hal tersebut ke orang
lain yang bisa berakibat ia tidak dapat menikmati
tubuh mulus nyonyanya lagi dan tidak bisa
merasakan surga dunia. Ponopun beranjak setelah
mengenakan celananya menuju ke kamarnya,
sementara Dewipun merapikan pakaian dan CDnya
beranjak ke kamarnya, Dewi membersihkan
badannya di kamar mandi, setelah selesai mandi
Dewi mengambil daster satu tali yang mini,
dalamannya ia hanya mengenakan CD saja tanpa
BH, dan beranjak keluar kamarnya menuju ke
ruangan keluarga dan menonton TV sambil
menunggu kedatangan suaminya.


Adult | GO HOME | Exit
1/8163
U-ON

inc Powered by Xtgem.com